Mengenal Minangkabau di awal era 1900-an melalui Digitalisasi Majalah PDIKM
Selain melalui buku, majalah juga bisa bercerita banyak tentang peristiwa pada sebuah masa. Salah satunya adalah majalah pada awal tahun 1900-an yang ada di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), Sumatra Barat. Di sini terdapat beberapa koleksi majalah terbitan Kota Padang, Kota Padangpanjang dan Bukittinggi. Selain itu, tersedia pula buku kuno dengan bahasa Minangkabau, bahasa Melayu dengan aksara jawi dan romawi, bahasa Belanda serta bahasa Inggris. Sekitar 2000 koleksi buku dan majalah ada di tempat ini.
Sejak 2018 Wikimedia Indonesia bekerja sama dengan PDIKM untuk mendigitalisasi koleksinya. Untuk saat ini, kami fokus mendigitalisasi koleksi majalah. Nantinya, akan dilanjutkan untuk buku dan foto. Beberapa majalah yang telah selesai dipindai seperti Majalah Aboean Goeroe-Goeroe, Annoer Boeat Amal, Asjraq, Berita Adat, dan Berita Kota Gedang sudah tersedia secara gratis di Wikimedia Commons. Ada juga majalah lainnya, seperti “Pemimpin Nagari” yang diterbitkan oleh pemerintah daerah. Lalu, ada majalah yang terbit mewakili kampung halaman, contohnya “Berita Koerai” dan “Soeara Kota Gedang”. Untuk agama Islam ada majalah “Al-Mizan” dan “Al-Moenir”.
Keberadaan majalah tersebut memberikan gambaran bahwa pers di Minangkabau cukup maju di awal tahun 1990-an. Menurut Medi Rosdian dari Dinas Pariwisata Kota Padang Panjang yang mengelola PDIKM, majalah yang ada pada waktu itu sudah bervariasi dan tersegmentasi. Dengan terbukanya koleksi PDIKM, pihaknya berharap koleksi tersebut bisa menjadi bahan penelitian mahasiswa dan juga masyarakat yang tertarik dengan sejarah.
Saat ini digitalisasi sangat perlu dilakukan, terutama untuk Galeri, Perpustakaan, Arsip dan Museum (GLAM) karena institusi tersebut adalah sumber pengetahuan yang alaminya adalah menyebarkan pengetahuan bukan menyimpannya. Digitalisasi juga cara untuk menyelamatkan koleksi dari gempa, banjir, dan kebakaran. Wikimedia Indonesia dengan proyek GLAM terbuka dengan siapa saja untuk berkolaborasi dalam mendigitalisasi koleksi. Silakan hubungi kami melalui info@wikimedia.or.id
WikiNusantara, Konferensi Nasional Perdana untuk Komunitas Wiki Terselenggara dengan Sukses
Setelah berhasil mengadakan konferensi tingkat regional East Asia, Southeast Asia, and Pacific (ESEAP) pada tahun sebelumnya, Wikimedia Indonesia akhirnya menyelenggarakan konferensi tingkat nasional untuk pertama kalinya, WikiNusantara. Konferensi ini diadakan khusus bagi para kontributor situs-situs proyek Wikimedia yang berdomisili di Indonesia guna mempertemukan mereka secara langsung dari yang biasanya hanya bersua secara daring. Berlangsung selama 2 hari, pada 27-28 April 2019, WikiNusantara digelar di Yogyakarta.
Mengusung tema “jendela kolaborasi”, konferensi WikiNusantara mengajak para kontributor Wikimedia untuk membangun semangat kolaborasi dalam membebaskan pengetahuan. Di dalam konferensi ini, 82 kontributor dari berbagai proyek Wikimedia seperti: Wikipedia bahasa Indonesia, Wikipedia bahasa Jawa, Wikipedia bahasa Sunda, Wikipedia bahasa Minangkabau, Wikipedia bahasa Banjar, Wikipedia bahasa Aceh, Wikimedia Incubator, Wikidata, Wikisource, dan Wikimedia Commons dipertemukan. Konferensi ini dibuka oleh Cahyo Ramadhani selaku Koordinator Konferensi dan Rinto Jio selaku anggota Dewan Pengawas Wikimedia Indonesia.
Selama 2 hari konferensi, peserta dapat mengikuti 25 sesi yang ada. Sesi-sesi tersebut dibagi dalam 2 tema besar yaitu peningkatan kapasitas dan penguatan komunitas. Di antara sesi peningkatan kapasitas adalah pengenalan lisensi Creative Commons, lokakarya bot, dan pelatihan pelatih Wikipedia. Sementara itu, sesi penguatan komunitas mencakup sesi-sesi dari berbagai komunitas bahasa Wikipedia yang ada di Indonesia, seperti bahasa Indonesia, Melayu, Jawa, Sunda, Minangkabau, Banjar, Aceh, dan Using. Di dalam rangkaian WikiNusantara ini juga terdapat sesi yang dibuka untuk umum yaitu sesi yang dibawakan oleh Ivan Lanin yang berjudul Urun Daya Pengetahuan dalam Wikipedia. Antusias publik yang tinggi terlihat dari jumlah pendaftar sesi tersebut yang mencapai 257 orang. Meski demikian, kursi yang tersedia untuk publik hanya 100 buah.
Selain sesi-sesi tersebut, ada juga acara Sesrawungan atau acara keakraban bagi seluruh peserta konferensi. Acara keakraban ini diselenggarakan pada Sabtu malam dengan mengundang komunitas mahasiswa pemain gamelan Prasasti dari Program Studi Sastra Inggris, Universitas Gadjah Mada. Dalam acara keakraban tersebut, peserta menikmati gendhing yang dibawakan Prasasti dan diajarkan bagaimana memainkan instrumen-instrumen gamelan secara padu dengan membawakan gendhing sederhana berjudul Suwé Ora Jamu. Acara ini berlangsung meriah karena banyak peserta baru pertama kali menjadi pengrawit (pemain gamelan) namun diminta untuk membawakan sebuah gendhing. Yang menarik, ada momen lucu saat peserta tidak tahu kapan harus mengakhiri gendhing sehingga alunan gamelan berjalan terus dan terpaksa dihentikan dengan teriakan “stop! stop!” alih-alih diakhiri oleh kendhang.
Konferensi ini ditutup oleh Biyanto Rebin selaku Ketua Umum Wikimedia Indonesia. Ia memaparkan pencapaian Wikimedia Indonesia selama setahun terakhir dalam upayanya membebaskan pengetahuan kepada masyarakat. Salah satu program yang banyak digelar setahun terakhir adalah pelatihan menulis di Wikipedia atau WikiLatih. Dalam setahun, ada 48 pelatihan yang diikuti lebih dari 1.000 peserta. WikiLatih ini bekerja sama dengan lebih dari 50 instansi dan diadakan dalam 6 bahasa yang dipertuturkan di Indonesia. Secara keseluruhan ada 25 kabupaten dan kota yang tersebar di 5 pulau di Indonesia yang berhasil didatangi tim WikiLatih untuk menyebarkan semangat membebaskan pengetahuan.
WikiNusantara, the First Nationwide Conference for the Indonesian Wikimedia Community, Successfully Took Place
After successfully organising a regional conference the East Asia, Southeast Asia, and Pacific (ESEAP) Conference last year, Wikimedia Indonesia went forward in organising another conference, nationwide for the first time, officially named WikiNusantara. The conference was designed especially for Wikimedia project contributors living in Indonesia in order to gather and let them meet in person while giving them a breath of fresh air from usual online discussions. Hold for two days on 27-28 April 2019, WikiNusantara took place in Yogyakarta, the Indonesian city of art, culture, and education.
With the theme “a window for collaboration”, WikiNusantara invited Wikimedia contributors to put up a spirit of collaboration to free knowledge. As many as 82 contributors from various Wikimedia projects such as Indonesian Wikipedia, Javanese Wikipedia, Sundanese Wikipedia, Minangkabau Wikipedia, Banjar Wikipedia, Aceh Wikipedia, Wikimedia incubator, Wikidata, Wikisource, and Wikimedia Commons were united. The conference was kicked off by Cahyo Ramadhani, the Conference Coordinator, and Rinto Jio, the chair of Wikimedia Indonesia’s Board of Trustees.
Within the two-day conference, attendees can take part in 25 scheduled sessions. The sessions were categorized into two themes, capacity building and community strengthening. On the former theme, some sessions include the introduction of Creative Commons licenses, bot workshop, and Wikipedia training of trainer. Meanwhile, some other sessions on the latter theme include community sessions of Wikipedia language versions in Indonesia such as Indonesian, Malay, Javanese, Sundanese, Minangkabau, Banjar, Aceh, and Osing. Among this series of sessions, a session was open for public with Ivan Lanin, an Indonesian Wikipedian, well-known for his contribution on the development of the Indonesian language on the Internet, as the speaker and bringing a discussion on Knowledge Crowdsourcing in Wikipedia. Enthusiastic public to attend the session was high as seen from the number of registrants reaching 257 people. However, due to limited seats, only 100 people were selected to join the session.
In addition to the sessions, there was also a social event Sesrawungan or a familiarity event for all the attendees. This familiarity event was carried out on Saturday night and invited a group of students-gamelan players Prasasti from the English Department of Universitas Gadjah Mada. In the social event, attendees were treated with gamelan performance. They were also invited to try the gamelan instruments and brought a simple song entitled Suwé Ora Jamu. The event went lively by the fact that many attendees just experienced gamelan instruments for the first time yet were asked to bring together a song. The interesting part was that a funny situation occurred during the group of attendees brought a song but had no idea when to stop the song so that one should shout “stop! stop!” in order to halt, instead of the song ended with kendhang.
The conference was put on an end by Biyanto Rebin, the chair of Board of Executive. He displayed Wikimedia Indonesia’s achievements in the past year in its effort to free knowledge to society. One of the programs that were carried out many times in the past year was WikiLatih or writing workshops of Wikipedia. In a year, 48 workshops were held and participated by more than 1,000 people. WikiLatih collaborated with more than 50 institutions and was held in 6 languages of Indonesia. In total, there were 25 regencies and cities in 5 islands in Indonesia that were visited by WikiLatih teams in order to spread the spirit of freeing knowledge.
Merayakan Keragaman Seni Budaya dan Pemikiran Perempuan bersama CME-Fest
Hibah Cipta Media Ekspresi baru saja menyelenggarakan festival seni dan budaya yang bertajuk “Festival Cipta Media Ekspresi: Etalase Pemikiran Perempuan” atau CME-Fest pada 26-28 April 2019 di Taman Budaya Yogyakarta. Festival ini merupakan acara penutupan dari proyek hibah Cipta Media Ekspresi yang diluncurkan pada Januari 2018 dan menyuguhkan pertunjukan, panel diskusi, seminar, pameran, bazaar mini, serta lokakarya.
Cipta Media Ekspresi merupakan hibah untuk perempuan pelaku kebudayaan di segala bidang seni yang didanai oleh Ford Foundation dan dikelola oleh Wikimedia Indonesia. Diumumkan pada Hari Kartini tahun lalu (21 April 2018), Cipta Media Ekspresi telah memberikan hibah total sebesar 3,5 milyar rupiah kepada 40 perempuan dari berbagai daerah di Indonesia dengan proyek seni budaya yang beragam.
Setelah bekerja keras merampungkan proyek seni budayanya masing-masing, 40 orang perempuan peraih hibah Cipta Media Ekspresi memajang proses berkarya maupun hasil karya mereka kepada publik. Itu sebabnya festival ini memilih ‘Etalase Pemikiran Perempuan’ sebagai tema. Selama tiga hari berturut-turut, publik diajak berdialog, berdebat, berbagi, belajar, berkarya bersama, serta menyaksikan beraneka ragam pertunjukan seni hasil proses berkarya dalam kurun waktu sembilan bulan ini.
Pada 26 April, diadakan lokakarya pembacaan karya fiksi untuk rekaman audiobook yang dapat dinikmati oleh kawan-kawan difabel netra yang diorganisir oleh Indah Darmastuti (Surakarta). Juga ada lokakarya menyanyikan nyanyian tradisi suku Yaghai dari Papua yang dibawakan oleh Septina Layan (Jayapura). Hasil dari kedua lokakarya ini kemudian ditampilkan juga di festival ini. Selain itu, hari pertama juga dimeriahkan dengan pertunjukan gamelan dari Pasinaon Omah Kendeng (Pati), pembacaan monolog oleh Kadek Sonia Piscayanti (Singaraja), serta konser Jungga oleh Kahi Ata Ratu (Sumba).
Hari kedua festival yaitu 27 April dipenuhi dengan panel diskusi dan kelas master di berbagai bidang. Pegiat sastra antusias mengikuti klinik menulis fiksi bersama Intan Paramaditha, Mona Sylviana, Intan Andaru, dan Raisa Kamila. Penikmat film memadati presentasi karya film oleh Luviana Ariyanti, Yulia Evina Bhara, serta Chonnie Prysilia, dan dimoderatori oleh Lisabona Rahman. Selain itu, pecinta musik juga menyimak diskusi mengenai perempuan, musik, dan komunitas yang menghadirkan Endah Fitriana (komunitas Kendeng/Jawa Tengah), Nikfon Wuny (Yanger, desa Lolori/Halmahera Barat), Ade Tanesya (komunitas Pagu/Halmahera Timur), Septina Layan (suku Yanghai/Papua), dan Agnes Serfozo (Seblang, desa Bakungan/Jawa Timur). Di bidang seni pertunjukan pun ada diskusi mengenai bagaimana pengalaman perempuan jarang diakui sebagai sumber penting dalam penciptaan seni pertunjukan bersama Irina Dayasih, Sylvia Saartje, Nova Ruth, Kadek Sonia Piscayanti, Nanik Indarti, serta Naomi Srikandi.
Sementara itu, juga ada diskusi-diskusi reflektif mengenai perspektif kritis akan cerita-cerita dan ruang-ruang perempuan. Di panel “Herstory“, moderator Heidi Arbuckle Gultom bersama dengan para pembicara, yaitu Dewi Noviami, Lia Anggia Nasution, Rena Amalika Asyari, Alia Swastika, Martha Hebi berdiskusi tentang bagaimana cerita menggerakkan perlawanan dan perubahan namun juga digunakan untuk menandai kalah-menang. Sedangkan di diskusi “Ruang Perempuan”, Cecil Mariani bersama Citra Hasan, Indah Fikriyyati, Ciptaningrat Larastiti, Delva Rahman membicarakan mengenai bagaimana ruang itu tergenderkan dalam fungsi dan bagaimana kita melihat reproduksi gender dalam ruang yang kita inisiasi. Diskusi dan lokakarya ini diakhiri dengan paduan suara nyanyian Yaghai, pembacaan dramatis (dramatic reading) oleh Nanik Indarti serta pertunjukan musik oleh Sylvia Saartje.
Di hari terakhir CME-Fest, 28 April, publik disuguhkan diskusi mengenai metodologi penelitian dan penciptaan berperspektif feminis sebagai upaya intervensi terhadap pengetahuan dan perubahan sosial. Seluruh rangkaian acara festival kemudian ditutup dengan gempita oleh penampilan akustik Nova Ruth dan pesta musik yang dipandu oleh DJ Purbasari.

#WikiGap Bandung untuk Internet yang Lebih Berimbang
Tahukah Anda bahwa 9 dari 10 editor Wikipedia adalah laki-laki dan hanya 20% artikel biografi di Wikipedia adalah biografi perempuan?
Pada Minggu, 24 Maret 2019 lalu, sebanyak 43 orang di Eduplex Bandung yang terdiri dari peserta dan panitia berusaha untuk memecahkan permasalahan ini. Acara dikemas dalam sebuah pelatihan menulis di Wikipedia yang dimaksudkan untuk memperbanyak artikel biografi perempuan sehingga membuat internet lebih representatif untuk perempuan.
Akan tetapi, mereka tidak sendirian dalam memperjuangan internet yang lebih berkesetaraan gender. Ada lebih dari 1.800 orang dari 60 negara di dunia yang juga tergabung dalam gerakan global WikiGap. Gerakan dengan semboyan let’s close the internet gender gap ini adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk mewujudkan representasi kaum perempuan di internet yang lebih berimbang. WikiGap mendorong agar lebih banyak perempuan berpartisipasi menulis dan lebih banyak artikel tokoh perempuan tersedia di internet. Para sukarelawan menulis artikel-artikel biografi untuk para pakar, seniwati, penulis, atau tokoh sejarah perempuan dalam Wikipedia berbagai bahasa. Sejauh ini, WikiGap telah berhasil menciptakan atau memperbarui 13.000 artikel tentang tokoh dan teladan perempuan.
WikiGap Bandung terselenggara atas kerja sama dengan Kedutaan Besar Swedia Jakarta dan Wikimedia Indonesia dan merupakan acara WikiGap ketiga di Indonesia setelah WikiGap Yogyakarta dan WikiGap Padang. Akan tetapi jalan masih panjang untuk internet yang berkesetaraan gender, terus ambil bagian dalam gerakan ini. Let’s close the internet gender gap.
Sanko: Dalam Wikipedia, Kontribusimu Abadi
Karangan ini ditulis oleh Yosef Agus Haryanto di catatan Facebook-nya dan diterbitkan ulang di blog Wikimedia Indonesia dengan sedikit gubahan.