Terima kasih para kontributor Wikimedia!

Terima kasih para kontributor Wikimedia!

Wikimedia merupakan sebuah organisasi yang penuh warna. Sejumlah orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang budaya, negara, bahasa, bahkan profesi, bersatu padu di bawah nama “Wikimediawan” untuk membangun informasi dan pengetahuan yang dapat diakses oleh semua masyarakat, tanpa memandang batas. Mereka, setiap hari di waktu luang atau bahkan sengaja mendedikasikan dirinya untuk hal itu, ikut terlibat dalam komunitas untuk membangun kepingan pengetahuan baru, atau mendokumentasikan pengetahuan yang sudah ada di Wikipedia. Fotografer profesional, yang melihat kenyataan bahwa foto-foto mengenai budaya Indonesia sangat sedikit terdokumentasi, ikut serta melengkapi kekosongan itu. Semua itu terdorong oleh rasa ingin berbagi untuk umat manusia.

Pada awal tahun ini, Wikimedia Foundation menerima ribuan ucapan terima kasih dari para donatur yang telah menyisihkan sedikit dana mereka untuk keberlanjutan proyek Wikimedia. Ucapan-ucapan tersebut sangat beragam dan datang dari berbagai kalangan individu. Contohnya ucapan dari pemandu museum yang terbantu dengan informasi dari Wikipedia:

I lead tours for school children at the Houston Museum of Natural Science, thanks for all the information and interesting facts as well as pictures and graphics we use to awe and inspire the children.

[Saya memandu tur wisata untuk anak-anak sekolah di Museum Houston Ilmu Alam. Terima kasih untuk semua informasi dan fakta-fakta menarik serta gambar-gambar yang begitu mempesona dan menginspirasi bagi anak-anak.]

Ucapan terima kasih juga datang dari sesama rekan kontributor, yang kagum dengan semangat berbagi dalam komunitas Wikimedia:

As a fellow volunteer, I am so proud of our vast Wiki community! It fills my heart to see so many people passionate about sharing knowledge and information. Let’s keep the ball rolling this year, let’s continue to be objective and informative volunteers! <3

[Sebagai rekan sukarelawan, saya sangat bangga dengan komunitas Wiki yang besar! Ini membuat hati saya senang melihat banyak orang yang semangat berbagi pengetahuan dan informasi. Mari tetap menjaga semangat tersebut pada tahun ini, mari lanjutkan menjadi sukarelawan yang objektif dan informatif.]

Ada pula ucapan terima kasih dari seorang ahli silsilah (geneologis) yang menemukan silsilah keluarganya berkat Wikipedia:

Thank you for being a catalyst in my ongoing discoveries. I’m one of our family’s genealogists and find confirmation and new information about our ancestors on Wikipedia. I would be so lost without you! Cheers!!

[Terima kasih telah menjadi katalisator dalam penemuan saya. Saya merupakan salah satu ahli silsilah dalam keluarga kami dan menemukan konfirmasi dan informasi baru tentang leluhur kami di Wikipedia. Aku tidak akan tersesat denganmu! Tepuk tangan!!]

Bahkan dari seorang kakek berusia 86 tahun yang masih punya semangat belajar!

My education was very limited to only 2 years of high school. I have endeavored all my life to learn about this world we live in and Wikipedia is my main source of information. I am now 86 years old and still learning. Thank you!

[Pendidikan saya sangat terbatas hanya 2 tahun di sekolah menengah. Saya berusaha sepanjang hidup saya untuk belajar tentang dunia yang kita tinggali ini dan Wikipedia menjadi sumber utama informasi bagi saya. Saya sekarang berusia 86 tahun dan masih belajar. Terima kasih!]

Serta sejumlah ucapan lain yang dapat dibaca di Donor Love.

Sebagai kontributor di proyek Wikimedia, bagaimana tanggapanmu? Apakah kamu semakin termotivasi untuk terus berkontribusi? Kirimkan pendapatmu melalui kotak komentar di bawah. 😉

Nadiantara: Motivasi Saya adalah Rasa Jengkel

Pada akhir 2017 yang lalu, Wikimedia Indonesia bersama Goethe-Institut Jakarta mengadakan Proyek Ganesha, yaitu kompetisi menulis di Wikipedia bahasa Indonesia bertopik ilmu sosial. I Wayan Nadiantara, yang keluar sebagai pemenang utama dari kompetisi tersebut mendapatkan beasiswa belajar bahasa Jerman di Goethe-Institut di Munchen.

 

Nadiantara, atau yang akrab dipanggil Nadi, berhasil menyelesaikan 10 tantangan serta mengalahkan 77 peserta lainnya hingga akhirnya keluar sebagai finalis dengan nilai tertinggi. Artikel andalannya yang mendapatkan poin tinggi dari para juri adalah arkeoastronomi, yang membahas mengenai disiplin ilmu yang berada pada titik pertemuan antara ilmu astronomi dan ilmu sosial yang meneliti kebudayaan masyarakat lampau. Selain Arkeoastronomi, selama kompetisi Nadi gemar menulis mengenai cabang-cabang ilmu sosial lainnya seperti filsafat fisika, geografi ekonomi, filsafat ekonomi, antropologi ekonomi, serta sejarah teknologi.

 

Walaupun mumpuni menulis artikel-artikel tentang ilmu sosial, Nadi sebenarnya kini tengah menempuh pendidikan sarjana di bidang fisika di Institut Teknologi Bandung. Ia mengakui mulai tertarik dengan fisika sejak duduk di bangku SMA. Ketika itu ia masih tinggal di Wanamukti, sebuah desa di pedalaman Sulawesi Tengah, bersama kedua orang tuanya yang adalah guru SD. Kondisi desa tersebut saat Nadi masih kecil belum memiliki fasilitas listrik. Lokasi rumah teman-teman Nadi pun saling berjauhan. Karena itu, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dengan membaca buku-buku paket yang digunakan oleh kedua orang tuanya. Selain itu, setiap minggu ayah Nadi rela pergi ke ibu kota kecamatan terdekat untuk sekedar membelikan majalah ataupun buku anak-anak untuk Nadi.

 

Sewaktu SMA, secara tidak sengaja ia menemukan buku-buku karangan Stephen Hawking dan Carl Sagan di sebuah perpustakaan daerah di sana. Setelah buku-buku tersebut habis dibaca olehnya, ia pun kembali memenuhi rasa ingin tahunya dengan menonton serial Cosmos di kanal National Geographic. Hal itulah yang kemudian memantapkan hatinya untuk memilih jurusan fisika saat kuliah, walaupun kemudian disesalinya karena ia merasa jurusan fisika ternyata sangat sulit.

 

Nadi telah menyelesaikan kursus satu bulannya selama 29 Oktober sampai 25 November 2018 di Munchen. Ivonne Kristiani dari Wikimedia Indonesia berkesempatan mewawancarai Nadi mengenai  pengalamannya selama kompetisi dan selama di Jerman.


Mengapa awalnya Nadi memutuskan untuk ikut serta di kompetisi Proyek Ganesha? 


Kegiatan perkuliahan saya sebenarnya cukup padat, apalagi saat di tahun ketiga saat saya mengikuti kompetisi ini. Saking padatnya saya kemudian merasa jenuh dan mencoba mencari pelarian yang kelihatannya produktif yaitu membaca artikel-artikel secara acak di Wikipedia. Saya tidak memiliki preferensi tertentu dalam memilih artikel yang akan saya baca. Mulai dari yang masih berhubungan dengan fisika seperti Mekanika Hamiltonian, Graphene, Paul Dirac, hingga artikel-artikel yang kelihatannya tidak relevan dengan jurusan saya, seperti filsafat feminisme, kukang Jawa, Felix Mendelssohn, dan lain-lain. Saat itu, di tengah-tengah kegiatan menggulirkan tombol tetikus di laman Wikipedia, secara tidak sengaja saya melihat spanduk yang berisi info tentang Proyek Ganesha. Karena lombanya terlihat mudah dan hadiahnya menarik (gile bro ke Jerman sebulan!), saya kemudian memutuskan untuk mengikuti kompetisi ini. 


Pengalaman apa yang paling berkesan selama mengikuti Proyek Ganesha?


Di awal perlombaan, tantangan yang diberikan sih relatif sangat mudah menurut saya, tapi makin mendekati akhir tingkat kesulitannya makin gila. Pengalaman paling berkesan adalah di tahapan terakhir lomba. Ketika itu saya tidak tidur selama dua malam karena batas waktu pengumpulan artikel dan laporan praktikum yang hampir bersamaan.


Proyek Ganesha sudah berakhir dari akhir tahun lalu, tetapi kamu masih aktif menyunting di Wikipedia. Apa yang membuat kamu masih rajin menulis dan berkontribusi di Wikipedia? 


Sebenarnya kata “rajin” menurut saya agak berlebihan. Saat ini saya hanya mengembangkan artikel-artikel rintisan karena kegiatan perkuliahan yang tidak bisa lagi dikesampingkan jika saya ingin segera lulus. Motivasi saya sebenarnya adalah rasa jengkel ketika ada topik yang menurut saya sangat populer dan penting namun artikel yang berkaitan dengan topik tersebut belum ada di Wikipedia bahasa Indonesia.


Seperti apa proses menulis kamu di Wikipedia, terutama di bidang fisika dan geografi? Bagaimana kamu mencari referensi, mengecek fakta, lalu dari mana ide menulis suatu artikel atau topik?


Biasanya proses menulis di Wikipedia berbahasa Indonesia didahului hobi saya berselancar di Wikipedia berbahasa Inggris. Jika menurut saya topik tersebut cukup penting dan populer namun belum ada di Wikipedia berbahasa Indonesia, saya akan menuliskan artikel rintisannya. Biasanya saya menggunakan jurnal-jurnal sumber terbuka (open sources) sebagai referensi. Status yang masih sebagai mahasiswa juga memudahkan saya untuk mengakses banyak jurnal berbayar yang telah digratiskan oleh kampus ditempat saya belajar.


Adakah tips dan trik menulis di Wikipedia untuk mereka yang masih belum terlalu mengenal Wikipedia? 


Ada dua hal penting menurut saya yang harus diperhatikan sebagai pemula. Pertama, jangan takut untuk menelaah semua opsi atau perkakas yang ada di Wikipedia, toh pada akhirnya semuanya bisa dikembalikan seperti semula. Kedua, membaca dan mengulik artikel-artikel yang telah mapan seperti artikel yang telah masuk kategori artikel pilihan dan artikel bagus. Dengan memperhatikan artikel-artikel tersebut kita akan lebih paham mengenai kegunaan dan cara menggunakan kotak info, templat, tautan, dan lain-lain, serta kita juga akan mengerti bagaimana gaya bahasa yang bagus dan struktur artikel agar mudah dipahami.


Apa pentingnya pengetahuan bebas menurut Nadiantara? 


Menulis artikel yang bagus di Wikipedia membutuhkan banyak referensi. Pengalaman mengikuti kompetisi ini membuat saya makin sadar pentingnya pengetahuan bebas bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di negara-negara berkembang. Era internet saat ini membuat penghalang tersalurkannya pengetahuan adalah konten berbayar (paywall)*. Jika kita mengatakan bahwa solusi dari pengentasan kemiskinan serta ketimpangan sosial adalah ilmu pengetahuan, maka sistem yang memperjuangkan pengetahuan bebas adalah gerbang menuju solusi tersebut. 


Sebagai hadiah dari Goethe-Institut, Nadiantara bisa memilih kota mana di Jerman yang akan ditinggali untuk mengambil kursus bahasa Jerman, selama merupakan kota cabang Goethe-Institut. Kota mana akhirnya yang Nadi pilih? Mengapa memilih kota tersebut? 


Saya memilih Kota Munchen. Alasannya karena banyak teman-teman saya yang pernah ke Jerman menyarankan kota tersebut. Begitu juga salah satu penulis favorit saya Ernest Hemingway menyarankan demikian dalam kutipannya yang dapat ditemukan di situs Wikitravel : “You do not even go somewhere else, I tell you there’s nothing like Munich. Everything else is a waste of time in Germany”. (“Anda tidak perlu pergi ke tempat lain, saya katakan tidak ada yang menandingi Munchen. Yang lainnya hanyalah buang-buang waktu di Jerman”). Ya, walaupun kutipan ini agak arogan, tapi saya percaya saja dengan beliau. 


Seperti apa pengalaman kamu selama di Jerman? Apa saja yang kamu lakukan di sana? 


Selama di Jerman kebanyakan hari-hari saya diisi dengan belajar bahasa Jerman serta mengerjakan tugas yang diberikan. Biasanya di akhir pekan saya bersama teman-teman memutuskan untuk bepergian ke restoran atau tempat-tempat wisata seperti Kastil Neuschwanstein, Kastil Nymphenburg, Allianz Arena, Deutsche Museum, dan lain sebagainya. Saya juga sempat berkenalan dan diundang makan malam oleh salah seorang warga lokal di sana. Berlawanan dengan stereotipe yang ditemukan di internet mengenai sifat orang Jerman yang katanya selalu serius, menurut saya warga di sini sangat ramah. Seringkali ketika saya terlihat kebingungan di stasiun atau saat berbelanja, ada warga lokal yang langsung menghampiri dan menawarkan bantuan.


Hal-hal apa yang mengejutkan buat kamu selama kamu di Jerman? 


Hal yang paling mengejutkan saya di Jerman adalah harga bir yang sangat murah, rata-rata 50 sen tiap kaleng atau sekitar Rp8.000,- jika di konversi ke dalam rupiah. Warganya juga sangat tertib dalam berkendara dan sangat mengutamakan pejalan kaki. Walaupun masuk dalam kategori kota terbesar di Jerman, Kota Munchen tak nampak padat dan terdapat banyak sekali taman-taman yang asri dan luas. Namun sayangnya, seperti banyak kota di Eropa, Kota Munchen masih belum memiliki regulasi yang jelas mengenai merokok di tempat umum, sehingga masih banyak ditemukan perokok yang merokok di jalan-jalan, di sekitar anak-anak, ataupun puntung rokok yang berserakan di trotoar.


Ada tidak persamaan antara budaya Indonesia dengan Jerman? Seperti apa kamu melihat kedua budaya tersebut? 


Menurut saya, Jerman merupakan negara yang memiliki warisan seni dan sejarah yang sangat banyak. Apalagi dalam bidang seni musik dan seni pertunjukan. Saya pikir Indonesia juga negara dengan warisan yang tidak kalah banyaknya, hanya saja dokumentasi yang dimiliki Indonesia terkait kesenian-kesenian tersebut masih sangat kurang secara kualitas maupun kuantitas di bandingkan Jerman. Sebagai contoh, hampir di tiap negara bagian di Jerman terdapat museum-museum yang dengan sangat rinci dalam mendokumentasikan sejarah mereka. Tidak hanya dikelola oleh pemerintah, banyak dari museum-museum ini yang juga dikelola secara privat. Ini menunjukkan bahwa selain memiliki kesadaran untuk menjaga warisan seni dan sejarah bangsa sendiri, masyarakat Jerman sangat sadar bahwa pengelolaan yang baik terhadap warisan-warisan tersebut juga dapat mendatangkan keuntungan finansial.

 

Apa rencana Nadi ke depannya setelah ini?  
 
Sebelum berangkat ke Jerman, rencana saya hampir pasti adalah kembali ke kampung halaman untuk menjadi guru. Selain karena sangat tertarik dengan profesi mengajar, saya juga merasa bahwa menjadi guru akan memberikan banyak waktu luang bagi saya untuk menekuni hobi lainnya seperti menulis, berkebun, dan mempelajari bahasa asing. Namun, di Jerman saya bertemu keluarga yang sangat menyarankan saya untuk melanjutkan studi magister di sana. Mereka pun mempersilakan saya untuk tinggal di rumahnya jika nantinya saya benar-benar melakukan hal tersebut. Mungkin saja saya akan melanjutkan program magister di sana, di bidang fisika terapan, sebelum akhirnya kembali ke kampung halaman. 

 



Proyek Ganesha berlangsung selama tiga bulan pada September hingga Desember 2017. Secara keseluruhan ada 1,439 orang yang mendaftar untuk mengikuti kompetisi dengan 8 orang finalis yang berhasil mencapai akhir. Kompetisi ini berhasil menghasilkan1,265 artikel baru mengenai ilmu sosial dan 239 artikel mengenai Jerman. Selengkapnya mengenai proyek ini.

 


*Paywall adalah suatu metode yang membatasi akses pengguna terhadap suatu konten kecuali pengguna tersebut membayar biaya langganan.

 

Kaleidoskop Indonesia dalam Bingkai Wiki Cinta Budaya

Kompetisi foto Wiki Cinta Budaya telah berakhir pada 31 Oktober 2018. Kompetisi ini bertujuan untuk menggali dan memperkenalkan kembali budaya Indonesia yang acap kali dipandang sebelah mata oleh bangsa sendiri. Padahal dengan lebih dari 300 suku bangsa dan 700 bahasa, negara kita sangat potensial untuk bisa dikembangkan lagi. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya jadi pepesan kosong.

 

Kompetisi ini berlangsung secara daring dari tanggal 1 September 2018—31 Oktober 2018 melalui Wikimedia Commons, salah satu proyek Wikimedia yang berkecimpung dalam berkas-berkas multimedia berlisensi bebas, seperti foto, audio, dan video. Wikimedia Indonesia menggandeng Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang turut mendukung pendataan budaya leluhur bangsa Indonesia. Selama dua bulan periode kompetisi, terdapat 522 peserta dengan 2.579 unggahan foto dari 26 provinsi se-Indonesia. Beragam budaya menarik bisa kita saksikan hanya dengan menyapukan jemari kita ke layar ponsel, mulai dari foto Sikerei, ahli pengobatan tradisional asal Mentawai hingga para pemain suling tambur dari Raja Ampat. 

 

 

Pendokumentasian budaya dalam ranah visual memang sangat diperlukan. Hal ini juga bisa mendorong terciptanya gambaran dan pemahaman baru budaya suku lain. Tentu kita pun patut berbangga diri dengan keragaman budaya bangsa kita ini. Mari terus berbagi mozaik budaya Indonesia berkonten bebas bersama kami!

Panggilan Terbuka – Partisipasi pada Hackathon Data Budaya “Coding da Vinci”

Goethe-Institut dan Wikimedia Indonesia memberi kesempatan kepada pakar bidang GLAM (galeri, perpustakaan, arsip, museum), TI dan desain untuk melakukan kunjungan ke Jerman dalam rangka membina jejaring. Para peserta akan mengenal perkembangan baru di bidang data budaya terbuka, menjalin jejaring dengan sejawat dan institusi kebudayaan di Munchen, dan berpartisipasi dalam hackathon data budaya Coding da Vinci (6 -7 April 2019).

 

Apa itu data budaya terbuka? Data budaya merupakan hasil digitalisasi objek budaya. Pada dasarnya ini adalah gambar yang didigitalkan, rekaman audio, objek 3D, atau rekaman video yang dilengkapi deskripsi terstruktur (metadata). Data budaya terbuka disediakan di bawah lisensi terbuka untuk penggunaan tanpa pembatasan.

 

Dengan publikasi data budaya di bawah lisensi terbuka, institusi kebudayaan dapat menjangkau kelompok sasaran yang sama sekali baru. Namun penyediaan data terbuka tidak dengan sendirinya berarti data tersebut akan digunakan secara luas. Baru setelah data itu dijadikan produk seperti app, situs web, visualisasi, atau permainan, akan tercipta akses baru terhadap seni dan budaya.

 

Pandangan baru terhadap koleksi sendiri dan sumber daya yang diperlukan, yang merupakan hal-hal yang menentukan dalam pengembangan layanan digital, sering kali tidak tersedia di berbagai institusi kebudayaan. Dalam hal ini, hackathon budaya Coding da Vinci ingin berperan dengan cara menautkan dunia kebudayaan dan dunia teknologi serta dengan memperlihatkan peluang tidak terduga apa saja yang terdapat pada data budaya terbuka.

 

Beasiswa I: Keikutsertaan pada kegiatan hackathon berikut acara pendamping (kunjungan 7 hari)

Beasiswa meliputi:

  • Perjalanan pergi-pulang dari kota tempat tinggal ke Munchen (kelas ekonomi)
  • Penginapan dari tanggal 2-8 April 2019 di Munchen
  • Lump-sum untuk biaya makan-minum
  • Keikutsertaan dalam kegiatan hackathon budaya Coding da Vinci di Munchen (6 dan 7 April 2019)
  • Aktivitas berjejaring dengan institusi kebudayaan yang relevan/pengembang/desainer melalui jejaring Coding da Vinci dan Goethe-Institut
  • Program satu minggu di Munchen bersama pakar-pakar dari kawasan lain: Amerika Selatan, Afrika Subsahara, Asia Tenggara (pertemuan dengan pelaku dari museum dan institusi kebudayaan lain, serta lokakarya)

 

Untuk memaksimalkan ide-ide dan inspirasi serta pengetahuan yang didapat dari kegiatan hackathon budaya Coding da Vinci, setelah kunjungan ke Jerman kami menyarankan Anda untuk terus mengembangkan proyek-proyek yang telah digulirkan dan mengikuti acara penganugerahan penghargaan di Nürnberg pada tanggal 18 Mei 2019 melalui koneksi daring (online). Selain itu, para peserta diminta untuk mengagihkan pengalaman mereka dalam rangka sebuah acara yang diselenggarakan oleh Goethe-Institut dan Wikimedia Indonesia.

 

Beasiswa II: Keikutsertaan pada kegiatan hackathon dilanjutkan dengan residensi (kunjungan 8 minggu)

Keikutsertaan pada kegiatan hackathon budaya Coding da Vinci (6 – 7 April 2019 di Munchen) serta pada acara penganugerahan penghargaan di Nürnberg (18 Mei 2019). Jeda waktu antara kedua acara tersebut dapat dipergunakan antara lain untuk pengembangan proyek yang dihasilkan dari hackathon budaya, berjejaring dengan sejawat di sana serta peningkatan kapasitas profesional diri sendiri.

 

Beasiswa meliputi:

  • Perjalanan pergi-pulang dari kota tempat tinggal ke Munchen (kelas ekonomi)
  • Akomodasi di Künstlerhaus Ebenböckhaus di Munchen-Pasing dan beasiswa sebesar 1.200 EUR per bulan selama kurun waktu 1 April – 31 Mei 2019 (dalam rangka program residensi kota Munchen).
  • Partisipasi pada hackathon budaya Coding da Vinci (6 – 7 April 2019 di Munchen) serta pada acara penganugerahan penghargaan di Nürnberg (18 Mei 2019).
  • Aktivitas berjejaring dengan institusi kebudayaan yang relevan/pengembang/desainer melalui jejaring Coding da Vinci dan Goethe-Institut
  • Program di Munchen bersama pakar-pakar dari kawasan lain: Amerika Selatan, Afrika Subsahara, Asia Tenggara (pertemuan dengan pelaku dari museum dan institusi kebudayaan lain, lokakarya)
  • Program pendampingan individual selama kurun waktu beasiswa; diatur oleh Goethe-Institut.

 

Seusai kunjungan di Jerman, para peserta diminta untuk mengagihkan pengalaman mereka dalam rangka sebuah acara yang diselenggarakan oleh Goethe-Institut dan Wikimedia Indonesia.

 

Profil Anda

 

Dibutuhkan pakar dari bidang-bidang sebagai berikut:

Pakar dari bidang GLAM

  • Anda bekerja di fasilitas GLAM (galeri, perpustakaan, arsip, museum), di institusi akademis, di posisi penanggung jawab di lembaga kebudayaan, atau berada pada tahap akhir penyelesaian/kelulusan studi di bidang yang relevan (sejarah seni, ilmu-ilmu budaya, humaniora digital, dsb.)
  • Anda berminat pada tema Data Budaya Terbuka atau bekerja di bidang ini
  • Anda berpengalaman dalam penyusunan konsep proyek digital di bidang budaya
  • Anda senang bekerja di titik temu antara budaya dan TI
  • Anda meyakini pentingnya digitalisasi dan data terbuka di bidang budaya dan ingin memajukan tema ini
  • Anda berminat terlibat pertukaran dalam lingkungan internasional
  • Anda fasih berbahasa Inggris

 

Pengembang/Ilmuwan Data

  • Anda mengembangkan situs web, app atau aplikasi lain dan/atau berpengalaman dengan Data Terbuka (open data) dan aplikasi berbasis API
  • Anda berminat pada tema Data Budaya Terbuka (Open Cultural Data)
  • Anda senang bekerja di titik temu antara budaya dan TI
  • Anda meyakini pentingnya digitalisasi dan data terbuka di bidang budaya dan ingin memajukan tema ini
  • Anda berminat terlibat pertukaran dalam lingkungan internasional
  • Anda fasih berbahasa Inggris

 

Spesialis/Desainer UX

  • Anda berpengalaman dalam penyusunan konsep untuk panduan pengguna, desain interaksi dan arsitektur informasi dan dapat memvisualisasikan gagasan dengan bantuan wireframe dan purwarupa, atau membuat desain untuk situs web, app, atau aplikasi lain
  • Anda berminat pada tema Data Budaya Terbuka (Open Cultural Data) dan menyukai mendapatkan inspirasi dari bidang seni
  • Anda senang bekerja di titik temu antara budaya dan TI
  • Anda meyakini pentingnya digitalisasi dan data terbuka di bidang budaya dan ingin memajukan tema ini
  • Anda berminat terlibat pertukaran dalam lingkungan internasional
  • Anda fasih berbahasa Inggris

 

Cara mengajukan lamaran

Lamaran untuk beasiswa yang ditawarkan dapat diajukan s/d tanggal 21 Januari 2019.

Silakan isi formulir daring kami di s.id/codingdavinci

 

Diselenggarakan oleh

Proyek Percontohan dari Google dan Wikimedia Indonesia untuk Pengguna Pencarian Bahasa Indonesia

Tentang Proyek Ini


Wikimedia foundation bersama Wikimedia Indonesia saat ini sedang bekerja sama dengan Google untuk melaksanakan sebuah proyek percontohan yang akan mengubah cara penyajian konten yang diterjemahkan oleh mesin dalam hasil pencarian Google untuk pengguna bahasa Indonesia. Saat ini terdapat 5,7 juta artikel Wikipedia yang ditulis menggunakan bahasa Inggris, namun sayangnya hanya 444 ribu artikel Wikipedia yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Perluasan akses dan ketersediaan konten dalam bahasa lokal sangat penting bagi misi Wikimedia. Dalam kasus saat konten bahasa lokal belum tersedia, kami melihat proyek percontohan ini sebagai metode sementara namun mampu memberikan dampak kepada perluasan akses pengetahuan dan informasi.


Fungsionalitas pada Pencarian Google Saat Ini


Saat ini, jika seseorang melakukan pencarian Google untuk bahasa selain bahasa Inggris, Google akan menampilkan hasil pencarian dari Wikipedia dalam bahasa Inggris dengan tampilan ringkas yang juga dalam bahasa Inggris namun memiliki pilihan untuk menerjemahkan artikel tersebut ke bahasa lain.


Anda dapat melihat contohnya pada tangkapan layar di bawah ini:



Fitur Baru pada Proyek Percontohan Ini


Dalam proyek percontohan ini, ketika seseorang mencari sebuah topik dalam bahasa Indonesia namun ternyata tidak ada artikel Wikipedia bahasa Indonesia yang ditemukan, Google akan menyediakan versi terjemahan mesin dari artikel Wikipedia bahasa Inggris pada hasil pencarian dalam bahasa Indonesia. Hasil pencarian tersebut juga akan mencakup pesan yang menyatakan bahwa hasil pencarian adalah terjemahan mesin dan akan memberikan opsi untuk membaca artikel asli dalam Wikipedia bahasa Inggris. Jika ditemukan artikel Wikipedia bahasa Indonesia yang berkualitas, algoritma pemeringkatan Google akan lebih mementingkan konten yang ditulis dalam bahasa lokal daripada versi terjemahan mesin. Fungsionalitas baru ini tidak mengubah apapun di situs web Wikipedia, dan hanya berlaku untuk pencarian konten yang dilakukan di Google.


Anda dapat melihat tangkapan layar dari fungsionalitas baru tersebut disini:




Siapa Saja yang Akan Mengalami Perubahan Ini?


Google akan menerapkan uji coba ini ke sebagian pengguna yang melakukan pencarian untuk konten medis dan sains dalam bahasa Indonesia di Indonesia. Google akan menguji fungsionalitas baru ini untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap pengalaman pengguna Google dan Wikipedia. Komunitas Wikimedia Indonesia dan staf Wikimedia Foundation akan mempertahankan komunikasi dengan Google untuk berbagi umpan balik saat mereka menguji fitur baru tersebut.


Bagaimana Wikimedia Foundation dan Wikimedia Indonesia bekerja sama dengan Google dalam uji coba ini?


Pada awalnya Google datang menemui Wikimedia Foundation dengan ide untuk melaksanakan proyek ini. Mereka kemudian juga melakukan percakapan dengan Wikimedia Indonesia, mitra lokal Wikimedia Foundation, dan Departemen Audiensi, Wikimedia Foundation. Kami bekerja sama untuk menerapkan hal-hal yang terkait dengan fungsionalitas baru dari fitur hasil pencarian tersebut pada Wikipedia. Kami juga bekerjasama dengan mereka untuk memberikan saran dan juga untuk lebih memahami bagaimana pengaruh hasil pencarian Google terhadap Wikipedia. Kami akan terus berdiskusi dengan mereka, berbagi umpan balik tentang proyek percontohan ini, dan mengeksplorasi berbagai cara untuk mengembangkan dan memperluas ketersediaan konten dalam Wikipedia bahasa Indonesia.


Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai proyek percontohan ini, Anda dapat menanyakannya melalui surel di info@wikimedia.or.id. Terima kasih!

Lokakarya WD4AI (Wikidata For Artificial Intelligence)


Wikimedia Indonesia bekerja sama dengan tim pengajar mata kuliah Sistem Cerdas Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia telah menyelenggarakan lokakarya WD4AI (Wikidata For Artificial Intelligence) yang bertempat di Universitas Indonesia pada Sabtu, 3 November 2018 lalu. Acara yang dihadiri oleh 140 orang ini merupakan subprogram dari proyek Peningkatan Konten Wikidata.


Lokakarya WD4AI bertujuan untuk mengenalkan dan meningkatkan kesadaran mahasiswa Universitas Indonesia dan anggota Wikimedia Indonesia tentang pemanfaatan Wikidata, terutama dalam peningkatan konten terkait Indonesia. Lokakarya ini terdiri atas dua sesi. Sesi pertama bertajuk Wikidata untuk Pemula yang dibawakan oleh Raisha Abdillah  dari Wikimedia Indonesia. Sesi kedua dibawakan oleh Pak Adila Alfa Krisnadhi yang bertajuk Ontologi pada Wikidata. Pada acara ini juga dilakukan diseminasi hasil capaian penelitian subtopik BudayaKB yang telah meningkatkan konten warisan budaya Indonesia pada Wikidata.




Sebagai bentuk peningkatan konten Wikidata secara riil, selepas acara lokakarya terdapat pula sesi latihan yang dilaksanakan melalui penyebaran lembar kerja secara daring dan dikerjakan oleh 150 mahasiswa. Materi latihan terkait dengan peningkatan konten tentang Indonesia. Masing-masing mahasiswa setidaknya mengembangkan empat konten dari pernyataan dan entitas Wikidata, sehingga total konten Wikidata yang dikembangkan mencapai 600. Selain penambahan konten Wikidata, mahasiswa juga diminta untuk mengecek kembali kualitas data mengenai lokasi warisan budaya yang diunggah secara otomatis oleh BudayaKB.

 


Tambahan:


  • Salindia untuk sesi pertama (Wikidata untuk Pemula) dapat diunduh di sini.
  • Salindia untuk sesi kedua (Ontolofi pada Wikidata) dapat diunduh di sini.
  • Seluruh dokumentasi mengenai acara lokakarya dapat dilihat di sini.