Nama lahirnya Sandjaja Kosasih. Lahir di Mojokerto, Jawa Timur pada 6 Januari 1965. Saya mengenalnya di Wikipedia Bahasa Indonesia, setelah, sepertinya, menjadi satu-satunya wikipediawan yang diberikan bintang anumerta.
Ia menghabiskan masa kecil di kota kelahiran sampai SMP tahun 1981, melanjutkan ke SMAK St. Louis Surabaya dan kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Arsitektur, sempat bekerja di dua biro konsultan arsitektur di Surabaya pada waktu kuliah dan setelah wisuda sampai 28 September 1990 menjelang kepindahan ke Samarinda. Tinggal dan bekerja di Kota Samarinda, Kalimantan Timur sejak 30 September 1990, dan pernah tinggal dan bekerja di Banjarmasin selama 5 bulan pada tahun 1992. Mulai memakai internet dengan cara dial up interlokal sejak 1995 dan bekerja di bidang internet sejak 1997 hingga tutup usia.
Dia sudah meninggal, tidak banyak yang tahu, bahkan mungkin di kalangan Wikipediawan, komunitas pasukan sukarelawan yang menulis di Wikipedia. Akan tetapi sumbangsihnya untuk Wikipedia dan pengetahuan bebas secara umum amat berharga. Dari awal bergabung di tahun 2010 s.d 2011, ia sudah berkontribusi suntingan sebanyak 4.051 di Wikipedia bahasa Indonesia, 368 di Wikipedia bahasa Inggris dan 148 di Wikipedia bahasa Jawa. 625 artikel di antaranya adalah artikel baru. Termasuk di antaranya daftar stasiun MRT di Singapura, Kota terakhir ia menjalani kemoterapi karena kanker faring. Ia juga menulis dan merintis daftar Keuskupan dan paroki di seluruh Indonesia, mulai Februari 2011.
Ya, ia terkena kanker ketika aktif menulis di Wikipedia. Justru ia aktif menulis di wiki ketika diagnosa kanker menghampirinya. Karyanya dan kontribusinya yang tidak kenal lelah membuka mata saya, bahwa banyak orang-orang baik di luar sana yang berkontribusi dengan caranya masing-masing, bahkan dari ranjang pasien sekalipun. Saya jadi ingat buku yang pernah saya baca ketika SMA, Tuesday with Morrie.
Perjalanan tentang memaknai hidup kita yang sederhana, tidak terkenal, tidak kaya raya, tidak juga memiliki sumbangsih hebat dan fenomenal. Intinya bukan siapa-siapa. Remahan rengginang. Menjadi 90% manusia pada umumnya. The Nobody. Tetapi lewat tulisan, lewat sebuah karya, akhirnya berhasil mendobrak pertanyaan terbesar dalam diri masing-masing manusia.
“Untuk apa kita hidup?”
Buku itu begitu fenomenal dan terjual 15 juta eksemplar dengan lebih dari 50 edisi bahasa di seluruh dunia, justru ketika Prof. Morrie Schwartz sudah meninggal dunia. Pesan utamanya, seperti yang saya kutip di bawah, adalah agar kita selalu memiliki cinta, kasih dan pengharapan;
“Morrie shows us the value of retaining dignity in the face of death; that love is the most valuable thing we can offer to each other.”
Banyak dari kita mungkin lupa bahwa Wikipedia selalu mengingat dan merekam jejak kita. Setiap saat, bahkan dalam halaman-halaman diskusi, warung kopi dan pembicaraan. Kata-kata dan tulisan kita menjadi abadi. Begitu juga warisan kita. Begitu juga sumbangsih kita pada dunia yang lebih baik, yang lebih damai dan plural, yang lebih berpengetahuan, yang lebih dewasa.
Begitu juga kontribusimu, mas Sanko.
Selamat jalan, Sanko, maafkan saya yang baru mengenalmu justru saat kamu sudah tiada. Tetapi dari tulisanmulah aku bersemangat menulis di Wikipedia.
Karangan ini ditulis oleh Yosef Agus Haryanto di catatan Facebook-nya dan diterbitkan ulang di blog Wikimedia Indonesia dengan sedikit gubahan.